Pandangan Waria di Kalangan Sosial
Keberadaan “Waria” di sekitar kita memang tidak dapat dipungkiri. “Waria” atau Wanita Pria dianggap menjijikan, menakutkan, menyeramkan dan meresahkan oleh sebagian masyarakat. Mereka menjadi momok menakutkan yang dianggap harus dijauhi dan dihindari. Padahal tidak seharusnya seperti itu. Mereka juga mahluk ciptaan Tuhan seperti yang lainnya. Hanya saja mereka memiliki sedikit perilaku menyimpang, seperti merubah kodrat mereka yang telah ditentukan oleh Tuhan sebagai mahluk ciptaannya.
Hal seperti itu bukanlah suatu penyakit menular yang membahayakan seperti “AIDS” atau penyakit menular berbahaya lainnya. Perilaku seperti itu dapat terjadi di karenakan banyak factor, misalnya saja ada seorang laki-laki yang merubah kodratnya menjadi seorang perempuan dikarenakan trauma yang dialaminya dimasa lalu dan menjadikannya takut untuk menjadi seorang laki-laki. Ada juga yang dikarenakan kesalahan orang tua dalam mendidiknya sedari kecil, contohnya saja seorang ayah menginginkan anak laki-laki, lalu ibunya menginginkan anak perempuan. Karena kesalahan dalam mendidik sikap seorang anak, anak tersebut dapat tumbuh dengan sikap dan sifat yang berbeda dengan kodratnya.
Bisa saja seorang anak laki-laki yang sering dibelikan mainan perempuan oleh orang tuanya suatu saat nanti dapat memiliki sikap dan sifat seperti anak perempuan. Lalu karena ia tidak merasa nyaman dengan jenis kelaminnya sendiri, akhirnya ia merubah sesuai dengan jenis kelamin yang ia inginkan. Selain itu, factor lingkungan juga turut mempengaruhi perilaku seperti itu.
Hal seperti itu tentu saja tidak selamanya. Mereka masih bisa untuk merubah prilaku mereka tersebut. Kita sebagai manusia yang memiliki sifat dan sikap sesuai dengan kodratnya masing-masing seharusnya membantu orang-orang seperti itu untuk dapat kembali menjadi manusia yang sesuai dengan kodratnya. Hal itu dapat dilakukan dengan sugesti dari orang terdekatnya seperti sahabat, orang tua, kakak bahkan pacar. Karena ia akan lebih mempercayai ucapan-ucapan yang diucapkan dari orang-orang terdekatnya dibandingkan dengan orang lain. Kemudian kita juga harus “menuntunnya” secara perlahan-lahan agar ia dapat kembali menjadi manusia yang sesuai dengan kodratnya.
No comments:
Post a Comment